Please save me from my friends, Now!



Assalamualaikum.
Kali ini ragu-ragu meluk otak gue buat ngepost. Kejebak perasaan emosi tapi diusahain cool. Tapi udah log in gini, ga tega out lagi.  
So correct me if I'm wrong.

Just to let you know..
Minggu ini berjalan dengan lambat. Sesuatu terus berputar di otak gue. Kejadian sore hari, saat titik-titik air membasahi jalanan terus terproyeksikan pada otak gue. Biasanya otak gue akan mengantarkan impuls, "ah masa bodoh ah"
Namun, mungkin karena otak gue jarang kepake. Jadilah gue memutuskan untuk terus memikirkan petaka itu

Petaka itu dimulai ketika sekumpulan para cewek sedang asik bergulat dengan topik ga jelas. Sesaat setelah gue menjawab pertanyaan pribadi dari temen. Akhirnya seorang anak lain tiba-tiba ga ada hujan, ga ada badai, jemuran belum diangkat eh ngeluarin quote bijak,  
"hal lucu adalah di situasi ketika kau sudah mengetahui kebenaran dari segala kebohongan"

Lalu berlanjut dengan quote anak lain yang bilang,  
"sepandai-pandainya kamu bohong, pasti bakalan ketahuan juga"

pokoknya setelah gue ngomong atau setelah jawab pertanyaan temen. Ada beberapa oknum temen yang kayaknya emang udah siapin banget quotenya itu udah mateng banget, kayak udah disiapin pas 3 hari sebelumnya gitu.
In other words, secara ga langsung, seolah-olah quotenya ngomong, "ga usah bohong taa!"
Gue seolah-olah jadi pihak yang paling disudutin abis.

Oh man. At the momment, beribu belati kebencian menghujani dada gue.
Entah dari mana juga, gue dapet impuls kalau emang gue yang lagi disinggung.
Namun satu hal yang gue tau dari sang penyinggung ini, "as far as I know, Singgungan lo selalu terasa lembut dan sukses mencapai tujuan lo: pen nyakitin gue, sampe gue sadar. Lebih tepatnya lo dengan kasar, narik gue yang lagi tersesat untuk keluar dari labirin kebohongan" (eak bahasanya ugal-ugalan, saking esmosinya)

Seharusnya niat lo baik (as I see it) pen buat gue sadar kan ya?
Sayangnya, lo mengemas dan menyampaikannya dengan begitu buruk. Bahkan sangat-sangat buruk untuk ukuran sahabat yang paling gue sayang (setidaknya itu menurut gue, entahlah kalau lo anggap gue lebih rendah dari binatang sosial).

Satu hal yang gue dapatkan setelah itu, 
"quote kamu cantik, kayak orangnya:) hanya saja, ada situasi yang lebih lucu dari situasi itu. Situasi dimana kamu udah ngerasa sudut pandang kamu yang paling benar tanpa melihat sudut pandang orang lain. Bukan kah tiap sudut pandang hanya opini?"
Mari sumbangkan tawa terdahsyat kita

Gue nyaranin, kayaknya lo butuh kepastian atas segala kebohongan itu, namun entahlah. Mungkin jiwa lo nyamannya nyinggung, tanpa bertanya: kenapa gue bohong? Atau lebih tepatnya kenapa sudut pandang gue tercium pengap oleh bau kebohongan?

Gue sempat ketawa dikit. Maksud gue ketawa geli, geli banget. Berandai-andai, kalau aja gue pribadi yang buta akan nilai positif dari kehidupan terus lo nyinggung gue dengan cara itu. Gue nyari tujuan lo nyinggung gue apaan. Mungkin yang gue tangkap hanyalah sisi negatifnya, yaitu: lo mencoba menjatuhkan gue di depen temen-temen secara lembut dan tenang. Itu sangat buruk, sahabat:)

For your Amusement :  
Wow! Kalian melakukan hal itu (menyinggung) dengan bermain tenang, bermain rapi, tersusun dan sangat apik. Kalian ga keberatan kalau gue  narik kesimpulan, gue bukan satu-satunya korban singgungan lembut yang menusuk kalian 'kan? Karena berdasarkan pengamatan gue, lo bertingkah selayaknya sang penyinggung yang udah profesional.
Ohiya. Gue baru ingat. Saat kumpul kemarin (kalau ga salah), kalian juga sempat beberapa kali menyinggung seseorang bahkan menceritainya dari belakang. Damn! Ga hanya kemarin, minggu lalu juga. Bulan kemarin anak itu yang kena giliran dijudge.  
Oh god! Kalau gue ga ikut ngumpul sama mereka sehari doang, mungkin gue yang jadi bahan bicaranya mereka?
*just wondering*

Sori tapi ini tamparan balik buat kamu (sumpah, ga ada niat ngebenarin diri ataupun ngejatuhin diri siapapun di sini. Biar jadi bahan aja buat bentuk mental yang lebih matang) :
mungkin justru sudut pandang gue yang lebih mulia dari sudut pandang lo.

Membiarkan sudut pandang yang seharusnya salah, merasakan kemenangan dari segala konsep kehidupan adalah bukan hal yang gampang. Tapi setidaknya gue udah nyoba. Jatuh-bangunpun ngadepin kalian yang makin hari, makin nyolot nyinggungnya emang udah masuk dalem daftar kegiatan gue sehari-hari.

Jadi sori tapi menjauh jalan satu-satunya, mungkin. Karena walaupun mendekat, sudut pandang lo hanya melihat pada sisi negatif gue. Sisi negatif yang cuma argumen yang diimprovisasikan. Buat apa bertahan menyiksa diri sendiri dengan sengaja bersama kalian lagi, mendengarkan segala singgungan yang sengaja diselipkan pada tiap lelucoan yang coba dilembutkan? Sengaja membuat singgungan halus bahkan sehalus awan yang menggantung di langit, sampe-sampe gue ga sadar. Ternyata ada awan di atas sana (saking lembutnya) Terkesan menjadi statement tak berarti, tapi tenang. Sudut pandang gue mencoba menilik sisi lain (sisi postifnya).

Man. Jadilah sudut pandang gue dan ketahuilah bagaimana menyakitkannya ketika seorang teman yang udah nyaris lo panggil sahabat ternyata diam-diam mencoba menjatuhkan lo.

"Gue ga coba jatuhin elo, ini namanya nyadarin elo secara ga langsung"
"Have a good one, dengan gini lo bisa introspeksi diri"

Laughing out loud*
Lo sebut ini cara untuk gue introspeksi diri? Gue sebenarnya prihatin. Lo pribadi yang cukup ngg.. Mungkin terlalu ribet. Masalah kecil dibesar-besarin. Dipendem. Beranak-pinak sampe lima generasi.
"Ya udah, kalau elo mau gue introspeksi diri. Ngomong aja langsung. Jangan diribetin pake quote-quote yang kikuk dan sama sekali ga mutu"
In my opinion, gue ibaratin kayak lagi traveler. Lo dari Makassar, pen ke Jakarta. Tapi elo keliling dunia dulu. Ke Bangkok terus ke Pakistan terus ke Maroko terus ke Alaska terus ke Los Angeles terus ke Uruguai terus ke Kenya terus ke Sydney terus ke Papua Nugini baru deh mendarat di Jakarta. 
Tujuannya satu, cuma diribetin pake quote biar kesannya cool!
Rispek:(

Beda jauh dari sudut pandang gue. Kalau sudut pandang lo sadar-gasadar kesannya ngejatuhin orang banget:)
Sadar ga sih kalau sudut pandang kamu terus dibudidayakan, orang yang buta nilai postif dari kehidupan akan mengambil sisi negatifnya. Dan akan gue pastiin lo berakhir pada "seseorang akan memendam sesuatu, entah itu sakit hati atau hal yang ga lo inginkan dalam hatinya', lebih parahnya gue takut elo kena karma:') diceritain dan disinggung juga sama anak yang lain.

Gue cukup yakin, lo ga mau rasain ketika kulit lo ga sengaja teriris pisau yang digenggam temen sendiri. Lalu teman yang lainnya naburin garam di atas bekas irisan itu.
Know what I mean?

Hal yang paling gue bangga-banggain dari kejadian ini. Gue praktis bakalan kaya. Kaya sendirian. Kaya sendirian dalam diam. Karena katanya, Diam Itu Emas. Sayangnya gue ga kunjung dapetin itu, emasnya habis digerogoti oleh makian dan berbagai macam sumpah serapah yang ga terfilter baik. Please, don't tell my mom about it!

Kita sebenernya sama. Lo sama gue, sama. Sama-sama Munafik. Bedanya, lo seolah-olah maki orang lain depen gue tapi makian itu tujuannya buat gue. Yah sama. Gue juga maki elo. Maki dalem hati. Saking banyaknya yang keluar cuma senyuman getir:)

Gue udah beribu kali nyoba nerima bahwa lingkungan gue emang ga akan pernah adil. Baik lingkungan rumah, lingkungan sekolah bahkan lingkungan masyarakat. Dan itu ga gampang. Ketika lo jadi gue, dan tau kalau mereka semua sama: memandang lo dengan make kaca mata berlensakan keburukan lo. Gue sangat yakin, langkah awal yang lo lakuin adalah Mengutuk Dunia.
I'm disrupted
Gue ga minta kalian bersihin kaca matanya. Ga! sebelum kalian bersihin mata (hati) kalian dulu

Namun ini suatu kehormatan bagi gue, bisa dijudge di belakang, tanpa ada konfirmasi sebelumnya.

Biasanya gue kalau punya salah, gue punya temen yang emang kebal banget. Dia dengan beraninya ngasi tau gue.
"taa kamu tadi salah, harusnya egois kamu sekali-kali didropin dikit. Yang lain jadi ga enak jalaninnya ntar. Jangan mentang-mentang kamu ketua kelas taa" 
 -Andhini temen smp gue, tepatnya wakil ketua kelas gue. 

Gue bareng dia selama setahun full dijudge Duo anj*ing. Saat naik kelas 2 smp, tepat saat gue bareng dia ninggalin amanah jadi ketua dan wakil ketua kelas kita juga resmi lepas dari julukan Duo Anj*ing.

Kita dikatain seperti itu karena ada beberapa peraturan kelas yang kami berdua sepakati tapi mereka ga sepakati. Gue bareng Andhini jadi sering terlibat cekcok, seperti biasa. Kita sama-sama pribadi yang suka frontal, ga mendem. Jadi kadang ada salah dikit, gue biasanya smsin dia. Dia mungkin ga mau kalah, jadi dia juga ga jarang negur gue. Sehari kemudian selalu berakhir, "sori gue kemarin emosi".

Kalau mau jujur. Gue mending punya temen kayak dia. Frontal. Biasa mulutnya nyakitin, bahkan minta di traktirin sepatu.
"Astaga taa. Kita mau ke mall. style apa lo taa? Kita lagi ga mau ngemis ya taa. Jorok abis, gue bantuin robek celananya sinih!" 
Mulutnya nyerocos aja. Ga ada jeda buat gue timpukin. Yah. Setidaknya dia ga ngomongin gue di belakang. Gue juga harus hargain itu dong. Itu tandanya dia care sama gue, dia mau gue balik ke rumah ganti style biar ga malu-maluin.

Daripada gue harus dapet quote ribet, "bersih itu sebagian dari iman taa"
Itu kesan mengguruinya kental banget.

Maafin gue yang pemilih temen banget, ga syukuri pemberian Tuhan. Iya bener, masih mending gue dikasi banyak temen yang suka bikin quote. Bisa ngingetin gue. but name is also human, soal ngerasa nyaman ga nyaman kan biasa? *bela diri*

"coba transisi emosi pengen maki-maki dia jadi pengen ngubah dia jadi lebih baik dengan gaya bahasa yang ga menyerabut/ga ribet dan gampang dimengerti!"

Sayangnya Andhini-Andhini yang lain kadang sembunyi, sembunyi dan tenggelam sama Andhini super FAKE KW yang udah banyak diduplikasikan. Andhini super FAKE KW yang ketika liat sisi buruk temennya, ga langsung negur. Dipendem sambil terus bela diri, "niat gue baik kok, siapa tau dia pribadi yang ga suka ditegur? Ntar dia sakit hati lagi sama gue". Setelah bela diri, eh langsung cerita ke temen lain.
Temen lain karakternya sama yang cerita tadi, suka mendem. Temen lainnya ini cerita ke temennya temen lain. Temennya temen lain cerita ke temennya temen, temen lain. Udah deh. Punya temen di Indonesia emang enak banget, sambung menyambung menjadi satu: satu kesatuan teman b*ngke. Setelah itu, bukannya minta maaf eh tetep aja bela diri, "aku temen kamu yang setia sama kamu"
Clean my friendship, god!

Ah yah.
Yah, mari kita sepakat untuk mentoleransi dan berfikir positif.
Tipe manusia kan banyak klasifikasinya. so, mungkin mereka (sang oknum penyinggung profesional bemoduskan quote) kebagian tipe manusia yang masih kaku atau bahkan ga tau gimana caranya nyampein uneg-uneg dengan baik.
Mungkin mereka punya cara sendiri dan gaya sendiri nyampein
Mungkin mereka menganggap semua tipe manusia itu sama, sama-sama suka dibikinin nasehat dari quote (gue bukan tipe manusia yang suka dinasehati apalaginpake quote. Gue tipe manusia yang suka dibikinin martabak)
Mungkin mereka menganggap semua yang di sekelilingnya suka dibikinin quote (gue ga suka, ga bikin kenyang. Gue suka martabak, bikin kenyang)

Ah terlalu banyak kemungkinan, buat otak gue dihantui martabak.

Akhir kata
Gue mau minta maaf sama oknum-oknum ini, udah buat kalian merasa dibohongi. Kalian hanya ga tau dan mungkin kalian udah ga mau tau. Ah, kita selalu saja sama. Sama-sama ga mau tau. 
Come on, turn on mode 'wat eferr'


Gue juga mau terima kasih sama kamu yang udah buatin gue berbagai quote yang sumpah menggelitik usus gue. Gue jadi punya motivasi buat ketawa lebih lebar lagi. Love you lots dah:)

Gue cuma mau minta satu aja, yah: Gue emang bukan salah satu tipe teman yang baik cuma gue mau ngajak kalian untuk "Mari Menjadi Teman Yang Cukup Baik Untuk Dihina Bersama-sama!"

"Kalau sudut pandang kamu ngejudge kamu yang paling tahu segalanya dan kamu yang paling bener itu buat kamu seneng dan gembira. Yah udah, ikut seneng aja. Gue usahain emas kali ini bakalan gue jaga"
-sndljepitcappih-

0 bacotan:

Posting Komentar

Mau gawl++?

Komen keless
*ngemis dikomenin*